Josef Bataona bersama Al-Gore |
Artikel
berikut ini terinspirasi dari tulisan dengan judul yang sama ditulis bapak Josef
Bataona.
Dalam
artikel tersebut, Pak Josef mengangkat sedikit tentang kisah saya yang berkarir
di bidang HR termasuk mengelola organisasi lintas negara berbekal pengetahuan
di bidang Marketing yang menjadi studi saya di perkuliahan dulu.
Ada hal
menarik yang ingin saya ceritakan di sini.
Calon
Programmer yang Memilih Studi Pemasaran
Sebagai
seorang pelajar SMU, favorit saya dulu adalah ilmu eksakta. Matematika dan
Fisika adalah dua bidang studi kegemaran saya. Saya termasuk wakil sekolah
mengikuti kompetisi tingkat provinsi dan berhasil menjadi tiga besar. Dan saat
itu, saya pun bercita-cita ingin jadi programmer.
Namun
ternyata dalam perjalanan hidup saya harus melewati masa di mana saya tidak
lulus UMPTN di universitas yang saya idam-idamkan.
Hikmahnya
luar biasa. Saya berkesempatan belajar berbagai bidang ilmu yang lain termasuk
ilmu sosial yang sebelumnya saya anggap sepele. Pada periode tersebutlah saya
mulai menghargai ilmu psikologi, komunikasi, manajemen, politik dan berbagai
bidang lainnya.
Ketika
hendak kuliah, sebenarnya ketertarikan saya dengan psikologi semakin menguat.
Namun pilihan akhirnya jatuh ke bidang Marketing yang juga sangat saya sukai
menjelang UMPTN kedua.
Akhirnya
jadilah saya seorang dengan bidang keahlian pemasaran yang juga sangat suka
dengan aspek pengelolaan sumber daya manusia yang baik yang menyukai dunia
komputer dan pemrograman. Sebuah kombinasi yang unik.
Mengelola
Industrial Relations tanpa Pengalaman di Bidang Hukum dan Psikologi
Ketika
berkarir secara profesional, akhirnya saya pun memilih bidang Human Resources dengan harapan jika suatu
saat saya punya keinginan kuat ke dunia pemasaran, saya akan meminta kesempatan
tersebut dari perusahaan.
Inilah yang
mengantarkan saya ke profesi sekarang sebagai seorang Senior HR Manager dengan
spesialisasi khusus menangani hubungan industrial yang sarat dengan aspek hukum
maupun psikologi yang kental.
Sebagai Corporate
Industrial Relations Manager dari sebuah perusahaan sebesar Unilever,
berbagai tugas dan tantangan yang ada mengharuskan saya banyak belajar. Tidak
mesti menjadi ahli hukum untuk belajar tentang Undang-Undang. Juga tidak perlu
menjadi psikolog untuk bisa merancang program-program pemberdayaan buat
karyawan.
Dalam tugas
ini, saya juga dituntut untuk bisa berdialog dengan rekan-rekan Serikat Pekerja
untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis pada level pabrik maupun di
tingkat nasional.
Menjadi
Human Resources untuk Divisi Sales Global
Tugas ini
sangat jauh berbeda dengan penugasan saya sebelum ini sebagai HR Manager
untuk Divisi Sales Global di Singapura atau nama kerennya
adalah HR Business Partner for Global Customer Development. Dalam
jabatan tersebut saya harus bekerjasama dengan pimpinan divisi Sales di level
global dan menangani karyawan yang tersebar di sekitar 30 negara.
Bisa
dibayangkan betapa banyak kepentingan berbeda yang harus dicari jalan tengah
dan penyelesaiannya. Saya juga dituntut untuk bekerjasama dengan kolega HR
Manager lain dari berbagai negara untuk mencari talenta-talenta terbaik untuk
berkarir di divisi Sales Global dan setelah penugasan kembali membangun negara
masing-masing.
Tidak hanya
itu saya juga harus banyak berinteraksi dengan tim Reward Global dan memahami
regulasi ketenagakerjaan yang berbeda antar negara. Apa yang harus dilakukan
ketika seorang berkewarganegaraan Inggris yang sekarang bekerja di Singapura
ketika hendak dipindahkan ke Amerika Serikat?
Bagaimana
menawarkan reward yang kompetitif dan tepat untuk seorang kandidat dari
Australia yang hendak dipindahtugaskan ke Shanghai, China?
Bagaimana
berdiskusi dengan para pimpinan divisi Sales dari berbagai negara tadi agar
proses pengelolaan tenaga kerja menjadi mulus?
Itulah
sebagian diantara tugas-tugas yang harus saya jalankan.
Dalam
menjalani tugas ini, ternyata bidang pemasaran yang saya pelajari dulu banyak
membantu. Saya jadi mengerti cara pandang orang-orang Sales yang juga sangat
dekat dengan Marketing. Pengetahuan ini membantu saya untuk bisa berinteraksi
dan menggunakan bahasa yang sama seperti cara pandang mereka.
HR Tidak
Harus Dari Psikolog
Lantas
apakah karena saya bukan seorang psikolog menjadi kesulitan menjalani tugas
sebagai seorang praktisi HR?
Jawabnya
tidak.
Dalam sebuah
organisasi yang besar dan maju, peran HR telah bergeser dari HR yang bersifat
administratif dan regulasi menjadi HR yang dekat dengan bisnis.
Justru
kemampuan kita mengerti bagaimana bisnis bekerja akan berperan banyak dalam
kesuksesan sebagai sorang HR.
Dengan
demikian, latar belakang seperti Psikolog atau Hukum tidak menjadi suatu
kewajiban. Benar bahwa Anda akan punya keunggulan kompetitif jika berasal dari
kedua bidang tersebut karena akan lebih mudah menguasai aspek psikologis dan
hukum dari dunia HR.
Namun, Anda
pun tetap bisa sukses jika terus belajar untuk menguasai kedua aspek sambil
memanfaatkan bidang yang menjadi keahlian Anda.
Pelajaran
yang saya rasakan adalah kita bisa terus berkembang baik di bidang HR seperti
yang saya jalani ataupun bidang-bidang yang lain selama kita terus belajar dan
terus melihat hubungan antara pekerjaan dengan dunia bisnis dari perusahaan di
mana Anda bekerja.
Jadi, jika
Anda tertarik dengan dunia HR meskipun bukan psikolog, jangan khawatir.
Jalani mimpi
Anda, lakukan pekerjaan Anda dan teruslah belajar menjadi manusia yang maju,
produktif dan bermanfaat.
(sumber: Muhammad Noer)
(sumber: Muhammad Noer)